otomotifmotorindo – Kinerja industri pembiayaan atau multifinance di Indonesia pada kuartal ketiga tahun 2025 menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Berdasarkan data terkini dari asosiasi industri keuangan non-bank, pertumbuhan piutang hanya tercatat sekitar 1 persen secara tahunan (year-on-year). Angka ini menjadi sinyal bahwa daya beli masyarakat dan aktivitas kredit konsumen masih belum sepenuhnya pulih pascapandemi dan tekanan inflasi global.
- Permintaan Kredit Konsumen Melambat
Salah satu penyebab stagnannya pertumbuhan piutang adalah menurunnya permintaan kredit untuk pembelian kendaraan dan barang konsumsi. Sejumlah perusahaan pembiayaan melaporkan penurunan aplikasi kredit baru hingga 10 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh tingginya suku bunga dan meningkatnya harga kendaraan bermotor, terutama roda empat. - Fokus Pembiayaan Beralih ke Sektor Produktif
Meski sektor konsumsi melemah, beberapa perusahaan mulai mengalihkan fokus pembiayaan ke sektor produktif seperti alat berat, logistik, dan pertanian. Strategi ini dilakukan untuk menjaga pertumbuhan di tengah perlambatan pasar konsumen. Namun, transisi tersebut membutuhkan waktu karena segmen korporasi memiliki profil risiko dan tenor pembiayaan yang berbeda dari kredit ritel. - Ketatnya Regulasi dan Pembatasan Risiko
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) disebut turut memperketat kebijakan pembiayaan untuk menekan risiko gagal bayar. Kebijakan ini mendorong perusahaan multifinance lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit, terutama kepada debitur dengan rekam jejak pembayaran yang belum stabil. Meski langkah ini positif untuk menjaga kualitas aset, namun secara tidak langsung menekan laju ekspansi industri. - Digitalisasi dan Efisiensi Operasional Jadi Kunci
Di tengah perlambatan, pelaku multifinance semakin gencar menerapkan teknologi digital untuk efisiensi dan perluasan pasar. Beberapa perusahaan meluncurkan platform pembiayaan daring, fitur kredit instan, serta kolaborasi dengan e-commerce. Langkah ini diharapkan dapat memperluas akses konsumen, terutama generasi muda yang cenderung lebih digital-savvy dalam mengambil keputusan finansial. - Harapan pada Kuartal Akhir 2025
Pelaku industri optimistis kondisi akan membaik pada kuartal keempat, seiring dengan proyeksi penurunan suku bunga dan meningkatnya daya beli masyarakat menjelang akhir tahun. Pemerintah juga diharapkan memberikan stimulus fiskal dan dukungan kebijakan untuk menjaga pertumbuhan sektor keuangan non-bank agar tetap stabil.
Meski pertumbuhan piutang multifinance tahun ini tergolong stagnan, industri pembiayaan masih memiliki peluang untuk bangkit melalui strategi diversifikasi, digitalisasi, dan kolaborasi lintas sektor. Dengan langkah yang adaptif dan berorientasi pada keberlanjutan, sektor multifinance diyakini dapat kembali menjadi motor penggerak ekonomi ritel di tahun-tahun mendatang.

